Jumat, 27 Januari 2012

pembengkakan pada wajah & ekstremitas pada ibu nifas


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (pusdiknakes, 2003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari, 2000:122).
           Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali kekeadaan sebelum hamil atau normal. (F.Gary Cunningham, Mac Donald, 1995:281). Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. (Ibrahim C, 1998).
           70% tubuh manusia terdiri atas air yang sangat penting untuk reaksi metabolisme dalam tubuh. Seringkali tubuh kita mengalami kelebihan cairan tubuh dan tubuh tidak bisa mengeluarkannya. Kelebihan cairan atau edema dapat terjadi di berbagai tempat dalam tubuh. Edema bisa juga dikenal dengan sebagai pembengkakan yang biasanya terjadi di kaki yang juga disebut sebagai edema peripheral, jika terjadi di paru-paru maka akan disebut sebagai edema pulmoner, dan jika terjadi di perut disebut asites.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Nifas”.
2.    Untuk membantu mahasiswa memahami pengertian pembengkaan pada wajah dan ekstremitas pada ibu nifas.
3.    Untuk membantu mahasiswa memahami gejala, penyebab, dan penatalaksanaan pembengkakan pada wajah dan ekstermitas pada ibu nifas.

C.    Manfaat Penulisan
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami mengenai Materi pembengkaan pada wajah dan ekstremitas pada ibu nifas agar dapat di aplikasikan dalam melakukan pelayanan dan pertolongan yang tepat guna.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
           Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adanya preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu postpartum. Oedem dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior ketika berbaring.
           Oedema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (local) dan umum (general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), dibawah kulit (oedema subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (oedema pulmonum). Sedangkan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema di banyaktempat dinamakan edema umum (general oedema).
           Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. Jika mengalami edema biasanya akan mudah merasa lelah setelah melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak yang dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet dan perubahan gaya hidup.

B.     Tanda-Tanda Pembengkakan Di Wajah Dan Ektremitas Pada Ibu Nifas
1.      Meningkatnya ukuran perut (ascites)
2.      Napas pendek-pendek atau sulit bernapas (pulmonary edema)
3.      Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minuman air dalam takaran normal harian.
4.      Baju, celana, rok, atau aksesoris yang digunakan terasa sempit
5.      Pada tahapan yang parah, tanda-tanda edema dapat berupa kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika berbaring, batuk, dan tangan serta kaki jika di sentuh atau dipegang terasa dingin.

C.    Penyebab Terjadinya Pembengkakan Pada Wajah Dan Ektermitas Pada Ibu Nifas
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air. Diantaranya:
1.      Adanya kongesti pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan 
2.       Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
3.      Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
4.      Hipoproteinemia, menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5.      Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
6.      Retensi natrium dan air, retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).

D.    Penatalaksanaan Pembengkakan Pada Wajah Dan Ekstremitas Pada Ibu Nifas
Cara meringankannya :
1.      Hindari posisi berbaring terlentang
2.      Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring kekiri dengan kaki agak ditinggikan
3.      Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
4.      Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat
5.      Hindari kaos kaki yang ketat
6.      Lakukan senam secara teratur
Bisa dilakukan pemeriksaan seperti :
1.      Periksa adanya varises
2.      Periksa kemerahan pada betis
3.      Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
           Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (pusdiknakes, 2003).
Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adanya pereklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Edema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan).
            Tanda-tanda pembengkakan di wajah dan ektremitas pada ibu nifas seperti meningkatnya ukuran perut (ascites), napas pendek-pendek atau sulit bernapas (pulmonary edema), volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minuman air dalam takaran normal harian,baju, celana, rok, atau aksesoris yang digunakan terasa sempit,pada tahapan yang parah, tanda-tanda edema dapat berupa kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika berbaring, batuk, dan tangan serta kaki jika di sentuh atau dipegang tersa dingin.

           Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air.
           Cara meringankannya hindari posisi berbaring terlentang, hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring kekiri dengan kaki agak ditinggikan, jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri, Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat, Hindari kaos kaki yang ketat, dan lakukan senam secara teratur
Bisa dilakukan pemeriksaan seperti eriksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

B.     Saran
Diharapkan kepada Mahasiswa Akademi Kebidanan Kutai Husada Tenggarong bisa memahami dan mengetahui pembengkaan pada wajah atau ekstremitas pada ibu masa nifas dan dapat memberikan asuhan segera pada ibu nifas.







DAFTAR PUSTAKA

1.      Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
2.      Ibrahim, Christin S. 1993. Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas ). Jakarta : Bharata NiagaMedia. masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
3.      Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan  Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
4.      Saleha, 2009. Asuhan KebidananPadaMasa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
5.      Suherni, 2008. PerawatanMasa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
6.      http://marry-gi.blogspot.com/2011/11/nifas.html. nifas diakses tanggal 19 desember 2011 jam 09:42 wita.

kebersihan diri perineum


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan juga terutama kebersihan diri ibu. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita sebagai mahasiswi akademi kebidanan tentang Asuhan Kebinanan pada masa nifas khususnya pada pembahasan kebersihan diri pada perineum.


BAB II
            PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kebersihan Diri
Kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebersihan diri merupakan langkah awal memwujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.

B.     Kebersihan Pada Masa Nifas
Kebersihan pada masa nifas meliputi berbagai macam kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit. Kebersihan diri meliputi:
1.      Kebersihan Diri Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.

2.      Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
3.       Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
4.      Kebersihan vulva dan sekitarnya
v  Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
v  Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
v  Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
v  Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun.
5.      Kebersihan diri / perineum
v  Personal hygiene
Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi , yang terutama dibersihkan pada putting susu dan mammae.
v  Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.


C.    Perawatan Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil perineum harus dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasaya ibu akan takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau tidak dicuci. Cairan sabun yang hanya atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah ibu buang air kecil atau buang air besar. Sesudah atau sebelum mengganti ibu harus cuci tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Cara memakaikan pembalut yaitu dari depan ke belakang. Pakaian dalam yang kotor harus segera diganti paling sedikit 4 hari sekali.

D.    Penanganan Kebersihan Diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau lserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari dari menyentuh luka.

E.     Langkah-Langkah Menjaga Kebersihan
Berikut ini mengenai cara membersihkan vagina yang benar yaitu:
v  Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
v  Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan saksama.
v  Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
v  Kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembap dan kotor.
v  Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman.
v  Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang diresepkan oleh dokter.


BAB III
PENUTUP
                                                                                 
A.    KESIMPULAN
Kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebersihan diri merupakan langkah awal memwujudkan kesehatan diri. Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan juga terutama kebersihan diri ibu.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal.

B.     SARAN
Berdasarkan penulisan tentang kebersihan diri pada perineum maka dapat disarankan kepada para ibu agar menjaga kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka kita sarankan kepada ibu nifas untuk diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan juga terutama kebersihan diri ibu.


DAFTAR PUSTAKA

·         Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
·         Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
·         Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta: Pustaka Rihama
·         http://sekuracity.blogspot.com/2009/02/perubahan-fisiologis-pada-masa-nifas.html





.